Aku akan menceritakan sebuah kisah yang aku alami saat aku belum menjadi gay. Waktu perpisahan kelas 3 SMP, aku sekamar sama anak-anak cowo, dan aku memaksa temen ku yang namanya Arifudin untuk mau ku cium. Aku merayunya dengan berbagai kata-kata. Aku gila emang, tapi aku cuma bocah kecil yang labil, yang penasaran rasanya ciuman, tapi dia terus menolak.
Akhirnya setelah capek maksa maksa, aku memutuskan buat tidur. Tapi sayangnya aku gak bisa tidur. Aku masih penasaran. Pandangan ku langsung tertuju ke tonjolan di celana salah seorang temen ku, namanya Maulana. Dia cuma pake celana pendek yang lumayan tipis, dan seinget aku penis nya Lana itu lumayan besar. Dia pernah nunjukin itu sekali waktu di kolam renang. Tanpa pikir panjang aku langsung megang-megang kemaluannya Lana dari luar. Sesekali dia mendorong tangan ku, tapi karena dia sudah terlalu ngantuk, agak mudah bagi ku untuk melawan dorongannya.
Aku memberanikan diri untuk menarik celananya. Dan wow. Sebuah penis yang sudah disunat, dengan bulu-bulu yang menghiasi. Langsung saja aku memasukan penis itu ke dalam mulut. Entah setan apa yang merasuki aku waktu itu. Aku menghisap penis Lana naik turun, aku jilat, sesekali aku pandangi keindahannya. Ya itu sangat menyenangkan. Pertama-tama Lana memang melawan dan masih berusaha mendorong, namun kemudian ia sedikit agak pasrah.
Sambil melanjutkan menghisap penis Lana, aku mengocok-ngocok penis ku sendiri dari luar celana. Dan karena saking terangsangnya, gak lama aku langsung ejakulasi di dalam celana dalam. Ahhh, rasanya berbeda dari biasanya. Aku masih gak mau menyia-nyiakan kesempatan, barangkali saja aku bisa ngeliat air mani Lana keluar. Ada rasa khawatir juga kalau dia bakalan ejakulasi di mulut ku, tapi rasa penasaran ku mengalahkan kekhawatiran ku.
Setelah beberapa lama, akhirnya Lana mendorong kepala ku dengan kuat. Mungkin dia sudah benar-benar merasa di ujung. Akhirnya karena lelah, aku memutuskan untuk menyerah saja, yang penting aku udah lumayan puas. Tenggorokan ku rasanya aneh. Untuk pertama kalinya aku ngerasain hal kaya gitu. Sampai keesokan harinya tenggorokan ku masih terasa aneh. Lana bersikap biasa saja, seperti malam itu tidak terjadi apa-apa. Aku juga memutuskan buat ngelupain kejadian itu selamanya. Bahkan setiap keinget, aku selalu mau ngelupain. Aku belum mau jadi gay saat itu. Tapi ternyata itu menjadi sebuah kenangan yang agak lucu dan menyenangkan kalau diinget lagi sekarang. Malahan kadang aku berpikir buat menemui Lana lagi dan mungkin melakukan yang lebih nakal, hahahahaha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar